Penyebab Global Warming
Belakangan ini, isu
global warming menjadi sebuah isu global yang paling sering dibahas. Bisa
dikatakan, isu global warming menjadi isu lingkungan hidup yang paling banyak
dibahas dan menjadi trending topik di berbagai media dan kesempatan.
Tapi
tahukah kita apa itu sebenarnya global warming? Secara umum, penyebab pemanasan
global dapat digolongkan kedalam dua jenis, faktor alam dan faktor penghuninya.
Faktor
Alam
Planet
bumi kita ini sudah berusia 4,6 miliar tahun. Seperti kata pepatah orang
Indonesia, ”rumah” kita ini juga sudah banyak merasakan asam garam
“kehidupan”.Sudah banyak kejadian dahsyat yang terjadi di sini. Sudah banyak
pula spesies yang lahir dan punah di planet ini.
Dari
semua “memori” bumi kita ini, ada satu hal yang menarik menyangkut pemanasan
global:suhu di bumi bisa naik dan bisa turun secara berkala dalam waktu yang
sangat lama.
Contoh
sederhana saja: zaman es. Menurut sejarah,zaman es ini terjadi diakhir masa
Mesozoikum, pada zaman Kuarter(68 – 140 juta tahun lalu). Salah satu dampak
dari zaman es ini,selain dampak lingkungan,adalah menyatunya sebagian daratan
Nusantara dengan Asia. Hal ini dapat dilihat dari persamaan spesies flora dan
fauna yang ada antara Indonesia bagian Barat dengan daratan Asia.
Karena
kenaikan suhu bumi, maka zaman es tersebut pun berakhirlah sudah. Tetapi hal
ini sudah cukup menunjukkan kepada kita bahwa bumi ini pernah mengalami
perubahan suhu secara global. Pada saat ini juga,bumi kembali mengalami hal
yang sama. Hanya saja,kalau dahulu perubahannya adalah dari yang dingin menjadi
lebih hangat alias sejuk,kalau sekarang dari yang hangat menjadi semakin panas.
Perubahan
yang terjadi itu adalah sesuatu yang terjadi secara alamiah, sesuai
kaidah-kaidah hukum alam. Tak ada yang bisa disalahkan. Solusinya: berserah
kepada Tuhan, sang empunya alam.
Faktor
Penghuninya
Saat
ini, penduduk bumi (manusianya saja) sudah berjumlah 7 miliar orang. Belum lagi
makhluk hidup lainnya yang juga tak kalah banyaknya. Dan semuanya itu saling
terlibat dalam mempercepat atau meningkatkan efek global warming. Secara umum,
penyebab-penyebab terjadinya pemanasan global yang diakibatkan oleh penghuninya
adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatnya emisi Gas Karbon.
Bumi
ini pada dasarnya memang memproduksi gas karbon secara alami, tetapi masih
dalam kadar yang rendah dan masih dapat diatasi oleh bumi itu sendiri. Tetapi
saat ini,tingkat produksi gas tersebut sudah sangat berlebihan.
Penyebabnya?Jangan hanya menyalahkan pabrik dan industri yang menghasilkan
polusi yang besar itu, tetapi semua populasi manusia juga
bersalah!!Pabrik-pabrik dan industri itu hanya memenuhi tuntutan pasar atau
masyarakat yang semakin meningkat dan semakin “menggila” sifat konsumtifnya.
Energi
matahari yang memasuki atmosfer bumi ini sebenarnya tidak semuanya dapat
diserap dan dimanfaatkan oleh bumi. Sisa energi yang tidak diserap tersebut
seharusnya dipantulkan lahi ke luar dari atmosfer bumi. Tetapi dikarenakan
banyaknya gas polutan(gas karbon) di dalam atmosfer, maka energi tersebut
menjadi tertahan.Karena gas karbon tersebut memiliki sifat alami untuk menahan
energi(panas) yang melewatinya.
Fenomena
ini disebut dengan efek rumah kaca
2.
Bocornya lapisan ozon
Sebelum
energi matahari mencapai bumi, energi tersebut akan difilter terlebih dahulu oleh
lapisan ozon yang ada di atmosfer. Tetapi hasil penelitian menunjukkan telah
terjadinya penipisan lapisan ozon. Sudah bisa ditebak apa akibat yang terjadi
jika lapisan ozon ini rusak,atau bahkan bolong.
Salah
satu penyebab penipisan ozon ini adalah meningkatnya pemakaian Chloro Flouro
Carbon (CFC). CFC dipakai dalam kehidupan sehari-hari pada lemari es, air
conditioner, bahan pendorong pada penyembur, pembuat buih, dan sebagai bahan
pelarut.
3.
Berkurangnya konverter Gas Karbon
Sebelum
era modern, dimana industri belum berkembang, kehidupan di planet ini sudah
memproduksi gas karbon. Tetapi jumlahnya tidak sedahsyat sekarang. Apalagi
masih banyak konverter gas karbon yang tersedia yang masih mampu mengkonversi
semua gas karbon tersebut menjadi gas yang ramah lingkungan, bahkan dibutuhkan
oleh kehidupan, seperti oksigen.
Salah
satu konverter tersebut adalah hutan. Hutan merupakan rumah bagi pohon dan
tuuhan ain yang dianugerahi kemampuan untuk mengkonsumsi gas karbon tersebut
dan menghasilkan gas oksigen. Tetapi akibat meningkatnya populasi, yang
diiringi dengan meningkatnya kebutuhan akan lahan pemukiman, lahan indusri,
lahan pertanian, lahan untuk fasilitas umum seperti jalan dan
gedung,menyebabkan jumlah hutan berkurang drastis. Belum lagi permintaan pasar
akan kayu yang semakin melambung tinggi.
Di
Indonesia saja, kerusakan hutan terjadi sebesar 1,8 juta hektar pertahun. Dan
dengan itu mengangkat Indoneia masuk Guinness Book of World Records sebagai
negara dengan kerusakan hutan terbesar di dunia.
Itulah
penjelasan singkat tentang pemanasan global ini. Semua hal tersebut baru secuil
dari permasalahan global warming secara keseluruhan. Tetapi yang paling penting
bukanlah apa yang kita ketahui, melainkan bagaimana kita menyikapinya.
Mengurangi Pemanasan Global Dengan Atap Putih
i
warna atap
rumah biasanya berwarna merah bata, biru, hitam, hijau tua, dan lain-lain.
Sangat jarang kita melihat atap berwarna putih. Untuk bangunan dengan dak pun
biasa mengikuti warna semen yaitu abu-abu.
Ternyata untuk kita yang tinggal di daerah tropis dan panas, atap berwarna
putih akan jauh lebih bermanfaat. Permukaan atap menutupi rata-rata 25% dari
seluruh permukaan kota. Sedangkan jalanan menutupi sekitar 35% dari seluruh
permukaan kota. Menurut penelitian dari Hashem Akbari, seorang peneliti dari
Heat Island Group, bila 100 kota didunia mengganti atap dengan warna putih, dan
juga jalanan dengan bahan yang lebih memantulkan cahaya, seperti jalan beton
dibandingkan jalan aspal, maka efek pendinginan global yang dihasilkan akan
sangat besar.
Khusus untuk penggunaan atap berwarna
hitam : atap berwarna hitam dapat menambah panas suhu di permukaan atap. (itu
karena seperti apa yang dulu kita pelajari di sekolah, bahwa warna hitam dapat
menyerap kalor (panas) lebih banyak di bandingkan warna putih. hal itu akan
mengakibatkan meningkatnya juga suhu di dalam ruangan
Untuk mengurangi hawa panas tersebut,
mungkin cara yang paling murah adalah dengan mengecat atap menggunakan cat
berwarna putih. kenapa ?? : itu karena atap berwarna putih bisa memantulkan
sinar ultraviolet lebih banyak di bandingkan warna gelap seperti warna hitam,
dan dapat mengurangi transfer hawa panas kedalam ruangan.
Bahkan Negara bagian California sudah
mengharuskan semua bangunan baru sejak tahun 2005, menggunakan atap berwarna
putih, untuk permukaan atap yang rata maupun menurun.
lalu apa hubungannya mengecat atap
menggunakan cat berwarna putih dengan pengurangan pemanasan global ? itu
karena, penggunaan atap berwarna putih dapat menghemat atau mengurangi
penggunaan AC hingga 15% dalam satu tahun. Itu hanya untuk satu rumah. lalu
bayangkan jika ada 1 juta rumah yang menghemat penggunaan AC sebanyak 15%
setiap rumahnya mungkin itu akan sangat membantu untuk penghematan energi global.
alhasil, pemanasan globalpun bisa sedikit berkurang. penerapan atap berwarna
putih ini, selain bisa menghemat energi dan uang, hal ini juga dapat sedikit
membantu dalam proses penyelamatan lingkungan.
Green Living: Hidup Bersahabat dengan Bumi
Perilaku manusia yang tidak bersahabat dengan alam menyebabkan bumi kita
tidak lagi ‘hijau’. Bumi mengalami pemanasan global akibat fenomena alam,
seperti efek rumah kaca ( green house effect ). Konferensi PBB tentang
pemanasan global di Bali tahun 2007 yang lalu, menyadarkan kita tentang bahaya
efek rumah kaca. Gerakan ramah lingkungan mulai digalakan ( eco-friendly ).
Warga masyarakat di ajak untuk mencintai lingkungan kita, toh ini untuk kita
sendiri dan generasi setelah kita. Kita harus berusaha hidup untuk
‘menghijaukan’ bumi kita ini, dengan istilah ‘green living’.
Mungkin
kita tidak harus menanam pohon sendiri. Mungkin kita tidak membuang sampah ke
TPA sendiri, teteapi kita bisa berbuat yang terbaik untuk kehidupan keluarga
kita dan lingkungan kita yang terdekat.
Misalnya, untuk lokasi hunian kita. Jika hunian kita dekat dengan kantor,
apa salahnya kita tidak membawa mobil kita. Sekarang banyak perumahan yang
terintegrasi dengan bisnis, misalnya Kelapa Gading atau Bumi Serpong Damai.
Walau tetap 1 eraa, memang banyak orang berpikir ‘jauh’ dan tetap memakai
mobil. Juga banyak orang melihat bukan hanya mobilnya saja, tetapi ‘prestise’
dari mobil itu .
Sebenarnya,
dengan tidak memakai mobil, tidak bisa menjada lingkungan kita. Paling tidak,
asap mobil tidak ada. Juga bensin yang terbuang percuma. Kita bisa berjalan
kaki atau naik sepeda. Bukan hanya ‘hidup hijau’ tetapi juga untuk berolah
raga.
Hal
serupa bisa kita lakukan dengan peralatan rumah kita, misal AC. Berhemaat enegi
bisa dengan membeli AC yang efisien. Sebelum menghidupkan AC, sebaiknya
pastikan pintu dan jendela tertutup rapat sehingga angin dingin yg keluar dari
AC tidak sia-sia. Jika perlu, gunakan dempul sebagai pelapis agar tidak terjadi
kebocoran. Begitu juga dengan adanya korden, bisa membantu untuk berhemat
energy. Jika AC dihidupkan, dan korden tertutup, menjadikan udara dingin
mengalir dengan cepat disbanding korden terbuka.
Tidak ada
salahnya, rumah kita tetap dilengkapi dengan kipas angin, walau mempunyai AC.
Jika tidak tidak perlu2 amat tentang udar dingin, setidaknya kipas angin bisa
membantu untuk mengalirkan udara untuk supaya tidak panas. Saat AC tidak
digunakan, pastikan jendela dan korden terbuka untuk pergantian udara. Dan
memanfaatkan pencahayaan alami, sekaligus akan mengurangi pemakaian lampu kita
untuk berhemat energy.
Langkah
selanjutanya adalah dengan tidak melakukan kegiatan ‘penghasil panas’ di siang
hari. Seperti mencuci, memasak, memanggang atau aktifitas dengan peralatan yang
mengeluarkan panas. Sebaiknya, kegiatan ini dilakukan pagi hari atau sore hari
setelah suhu udara lebih dingin. Mencuci baju dengan mesin cuci hanya saat
muatan sudah banyak. Karena berapapun jumlah cucian, tetap diperlukan sejumlah
enegi yang sama untuk mengoperasikan mesin cuci.
Beberapa
Tips Untuk Hidup Lebih ‘Hijau’ :
-
Menghemat air saat mandi
- Menutup
kran air rapat2
-
Mematika lampu dan peralatan elektronik jika tidak digunakan
-
Memanaskan air seperlunya
-
Menggunakan mesin cuci hanya jika cucian banyak
-
Selektif membeli peralatan elektronik, pilih yang hemat enegi
- Gunakan
lampu hemat energy
-
Memanfaatkan sinar matahari sebagai pencahayaan alami
- Tidak
memakai mobil jika tempat tidak jauh
- Gunakan
sepeda atau jalan kaki bila jarak tempuh tidak jauh
- Hindari
penggunaan transportasi pesawat terbang untuk jarak kurang dari 500 km
- Jangan
biarkan mesin mobil menyala lebih dari 30 detik hanya untuk menunggu
-
Panaskan mesin mobil seperlunya
-
Memeriksa tekanan ban karena jika kurang tekanan sama dengan pemborosanan bahan
bakar
- Matikan
Komputer Saat Tidak Digunakan
-
Menghemat Penggunaan Kertas ( paperless )
- Dan
Sebagainya
0 komentar:
Posting Komentar